Petisi bersama masyarakat sipil tentang penghentian penggunaan biomassa oleh industri mode
Industri mode mulai bergerak meninggalkan energi fosil. Namun, secara keliru menjadikan biomassa sebagai pengganti sementara. Karena pembakaran biomassa membahayakan lingkungan dan masyarakat, CSOs bersurat ke Piagam Mode PBB agar mengoreksinya.
Yth. UN Fashion Industry Charter for Climate Action,
Kami bersurat sebagai perwakilan organisasi masyarakat sipil yang peduli pada lingkungan, keadilan iklim dan kemerdekaan hak-hak sipil. Melalui surat ini, kami ingin menyampaikan isu yang sangat penting, yakni penggunaan biomassa (on-site biomass boilers) dalam industri mode (fashion), sekaligus mengajukan petisi penghentian segera penggunaan tersebut karena dampaknya terhadap lingkungan dan sosial.
Piagam PBB bidang Industri Mode untuk Aksi Iklim (UN Fashion Industry Charter for Climate Action, selanjutnya disebut Piagam Mode PBB) telah menyerukan para penandatangannya berkomitmen meniadakan penggunaan batubara dari rantai pasoknya secara bertahap hingga tahun 2030. Berkat upaya satuan tugas dalam Piagam ini mendorong manufaktur rendah karbon dan dekarbonisasi, proses peniadaan bertahap penggunaan batubara menunjukkan perkembangan menggembirakan. Namun begitu, satu isu baru kini mengemuka, yakni meningkatnya penggunaan biomassa oleh industri mode sebagai pengganti bahan bakar fosil, dan menjadi perhatian organisasi masyarakat sipil.
Bersamaan dengan brand mode mulai bergerak meniadakan penggunaan batubara, biomassa secara keliru dipromosikan sebagai pengganti sementara (bridge fuel) bahan bakar fosil. Lantas, biomassa—yang sering berasal dari kayu, sisa tanaman, sekam padi dan cangkang sawit—dibakar untuk menghasilkan energi termal yang dipakai pada berbagai proses di pabrik mode. Padahal, menonjolkannya sebagai “pengganti sementara” batubara sungguh menyesatkan sehingga berpotensi menjerumuskan industri mode dalam solusi palsu dalam jangka panjang. Lebih parah, meningkatnya penggunaan biomassa akan berdampak negatif terhadap iklim, ekosistem, kesehatan manusia dan transisi energi di Asia. Hal ini bertolak belakang dengan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang semestinya dijunjung tinggi industri mode sebagai salah satu pemain kunci di kancah global.
Pertama, pembakaran biomassa akan meningkatkan emisi gas rumah kaca oleh rantai pasok global brand mode. Meski disampaikan sebaliknya oleh industri, biomassa bukanlah sumber energi berkarbon-netral (carbon-neutral) sebagaimana sering dipromosikan. Malah, pembakaran biomassa terbukti menimbulkan lebih banyak emisi karbon dibanding energi fosil konvensional, terutama bila dihitung emisi CO₂ yang ditimbulkannya pada proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan, serta pengurangan stok karbon yang diakibatkannya saat mengkonversi hutan. Emisi yang ditimbulkannya di sektor hulu, yang kerap diabaikan dalam penghitungan karbon, secara kumulatif meningkatkan jejak karbon keseluruhan sepanjang rantai pasok industri mode, dan menyisakan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.
Kedua, maraknya on-site boiler biomassa berpotensi memicu peningkatan laju deforestasi, degradasi ekosistem, hilangnya biodiversitas, dan tekanan pemanfaatan lahan. Penelitian menunjukkan bahwa permintaan pelet (wood pellet) dan serpih kayu (chips) oleh pabrik garmen (garment) milik berbagai brand mode internasional telah memicu pembalakan, pengangkutan dan perdagangan kayu ilegal di Kamboja. Hal ini membuktikan makin parahnya degradasi hutan, penghancuran ekologi setempat dan ancaman terhadap kelestarian satwa liar. Co-firing biomassa, pencampuran biomassa dalam pembakaran sumber energi, berpotensi meningkatkan kerusakan hutan alam di Indonesia. Tanaman biomassa mengganggu penggunaan lahan pangan, air, dan sumber daya lainnya, sementara Indonesia merupakan negara berpenduduk padat di mana lahan pertanian dan produksi pangan makin terbatas.
Ketiga, pembakaran biomassa berdampak negatif terhadap kesehatan pekerja dan lingkungan masyarakat lokal. Di India, pembakaran sisa tanaman pertanian terbukti menghasilkan berbagai polutan yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Di Malaysia, emisi partikulat dari proses pembakaran biomassa limbah serat dan cangkang sawit telah menjadi kekhawatiran besar. Di Kamboja, sebagaimana didokumentasikan Stockholm Environment Institute Asia, berbagai polutan, termasuk jelaga dan partikulat, nitrogen oksida dan sulfur dioksida yang ditimbulkan boiler industri tekstil menjadi ancaman serius bagi pekerja dan masyarakat setempat.
Menimbang hal-hal tersebut di atas, menjadi penting bagi Piagam Mode PBB untuk meninjau, secara menyeluruh dan strategi komprehensif, ketergantungan para penandatangannya terhadap pembakaran biomassa. Komitmen (mereka) mengurangi emisi gas rumah kaca tentu patut dihargai, namun begitu kami meyakini Piagam Mode PBB perlu juga meninjau aspek keberlanjutan penggunaan biomassa sebagai energi “terbarukan”, dan menghentikan legitimasi penggunaanya sebagai alternatif terhadap batubara maupun gas. Investasi pada pembakaran biomassa merupakan pengalihan terhadap solusi nyata yang diperlukan, seperti investasi pada energi bayu dan tenaga surya, serta dorongan terhadap pasokan energi bersih.
Oleh karena itu, kami mendesak Piagam Mode PBB mengkaji pendiriannya mengenai penggunaan biomassa dan mengambil langkah-langkah berikut:
- Merevisi Pedoman: Memperbaharui rekomendasi kepada anggota-anggotanya agar meniadakan penggunaan pembakaran biomassa dan mendukung transisi energi secara berkeadilan dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil;
- Menggalakkan Energi Terbarukan: Mendorong brand dan parapihak untuk menghentikan pembelian biomassa, dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan, yang betul-betul bersih, seperti tenaga surya dan energi bayu, pada rantai pasok industri mode melalui serangkaian insentif, pelaksanan pedoman dan program edukasi.
- Transparansi: Secara berkala merilis kemajuan industri mode mengenai transisinya terhadap energi bersih, pun penegakan transparansi dan akuntabilitas.
Kami percaya Piagam Mode PBB akan menyikapi petisi ini sebagaimana mestinya. Kami berharap industri mode menjadi pelopor penggunaan energi terbarukan, dan berkontribusi positif pada upaya-upaya mengatasi perubahan iklim. Dan, kami meyakini Piagam Mode PBB, dengan pengaruh dan jangkauannya, merupakan pihak yang tepat memimpin perubahan yang sangat krusial ini.
Hormat kami,
Organisasi |
Negara |
AbibiNsroma Foundation |
Ghana |
Action Speaks Louder |
Australia |
Auriga Nusantara |
Indonesia |
Australian Forests and Climate Alliance |
Australia |
Biofuelwatch |
Inggris Raya/AS |
Biomass Action Group (BAG) Australia |
Australia |
Centre for Environmental Law and Community Rights Inc. |
Papua Nugini |
Changsha Shuguang Environmental Protection Public Welfare Development Center |
Tiongkok |
Climate Risk Horizons |
India |
Colectivo VientoSur |
Chile |
Comité Schone Lucht |
Belanda |
Eco-Age |
Inggris Raya |
Environment East Gippsland Inc. |
Australia |
Green Impact |
Itali |
Healthy Indoor Environment |
Denmark |
Leefmilieu |
Belanda |
Nature Nova Scotia |
Kanada |
NewClimate Institute |
Jerman |
Oxfam in Bangladesh |
Bangladesh |
Protect the Forest |
Swedia |
Red por la Superación del Modelo Forestal, Chile |
Chile |
Sahabat Alam Malaysia (Friends of the Earth) |
Malaysia |
South East Regional Conservation Alliance Inc. (SERCA) |
Australia |
Spruill Farm Conservation Project |
AS |
Stand.earth |
Kanada/AS |
Trend Asia |
Indonesia |
Walhi Jawa Barat |
Indonesia |
Wild Europe Foundation |
Inggris Raya |
Wuhu Ecology Center |
Tiongkok |