Unhappy Campers
Bagaimana industri kendaraan rekreasi Amerika Serikat menghancurkan hutan tropis Indonesia
Ringkasan temuan Earthsight/Auriga Nusantara:
-
Kayu yang digunakan kendaraan rekreasi (RV - recreational vehicle) terlaris di Amerika Serikat terhubung dengan penggundulan hutan tropis di Kalimantan.
-
Industri RV kini merupakan pengguna terbesar kayu tropis di Amerika Serikat, diperkirakan memakai 500 pohon dewasa per hari.
-
Rantai pasok Thor Industries, Forest River, dan Winnebago, ketiganya mencakup 86% kendaraan rekreasi yang terjual di Amerika Serikat, seluruhnya tercemar kayu deforestasi.
-
Pasokan kayu Jayco, merk kendaraan rekreasi terlaris di Amerika Serikat, terhubung dengan penghancuran habitat orangutan seluas tiga kali lapangan bola per hari.
-
Temuan-temuan ini bertolak belakang dengan komitmen perusahaan pembuat kendaraan rekreasi mengenai alam dan keberlanjutan.
Investigasi berbulan-bulan Earthsight dan Auriga Nusantara mengungkap bahwa banyak kendaraan rekreasi (RV - recreational vehicle) favorit di Amerika Serikat dibuat dari kayu-kayu yang menghancurkan hutan tropis alami Indonesia.
Hutan tropis dibabat PT Indosubur Sukses Makmur di Kalimantan Timur, Januari 2025. Foto: Auriga/Earthsight
Lembaran kayu lapis tropis lauan digunakan pada dinding, lantai, dan langit-langit kendaraan rekreasi yang dibuat oleh merk-merk seperti Jayco dan Winnebago. Unhappy Campers ini mengungkap bahwa industri kendaraan rekreasi kini merupakan pengguna kayu tropis terbesar di Amerika Serikat, yang banyak di antaranya berasal dari penghancuran hutan hujan tropis di Indonesia – pasokan kayu yang sama sekali tidak berkelanjutan.
Earthsight dan Auriga menghabiskan berbulan-bulan menyelidiki perdagangan ini, termasuk mendatangi area terpencil di pelosok Kalimantan di mana penghancuran hutan alam habitat orangutan ini terjadi dalam proses konversi menjadi kebun kayu monokultur. Daerah-daerah yang tadinya hutan lebat kini berupa hamparan tandus dengan alat-alat berat sibuk mengangkut kayu gelondongan yang telah ditebang dan dipotong.
Penduduk setempat mengeluhkan penebangan pohon dan pembabatan hutan ini memutus akses terhadap sumber daya hutan sebagai mata pencaharian mereka, pun minimnya komunikasi dan kompensasi oleh PT Indosubur Sukses Makmur, perusahaan pelaku penebangan dan pembabatan hutan ini.
Kedua organisasi masyarakat sipil ini juga menganalisis data pengapalan dan laporan perusahaan untuk mengetahui ke mana kayu yang ditebang tersebut dikirim. Teridentifikasi PT Kayu Lapis Alam Makmur (KLAM), sebuah perusahaan kayu lapis di Indonesia, yang turut memakai kayu dari pembabatan hutan tropis ini – 87% pasokan kayunya pada 2024 berasal dari area yang dikunjungi tim Earthsight/Auriga tersebut di atas. Separuh ekspor perusahaan ini pada tahun 2024 ditujukan ke dua perusahaan di Amerika Serikat, yakni MJB Woods dan Tumac Lumber. Dua perusahaan Indonesia lainnya pemasok lauan ke MJB Woods juga membeli kayu deforestasi dari Kalimantan.

Kayu lapis lauan yang digunakan pada dinding dan atap kendaraan rekreasi yang diproduksi Jayco. Kredit: Earthsight/Alice McCall.
MJB Wood merupakan pemasok utama kayu lapis tropis lauan ke perusahaan pembuat kendaraan rekreasi terlaris, yakni Jayco. Laporan perusahaan juga menunjukkan bahwa MJB Wood dan Tumac Lumber pun memasok Patrick Industries, salah satu produsen suku cadang kendaraan rekreasi yang pelanggannya termasuk Thor Industries (pemilik Jayco), Forest River, dan Winnebago.
Meski data-data yang dihimpun Earthsight/Auriga tidak atau belum bisa menunjukkan kendaraan rekreasi mana saja persisnya yang menggunakan kayu deforestasi, namun data-data ini secara meyakinkan menunjukkan ketercemaran kayu lapis meranti atau lauan tropis dari Indonesia yang diimpor MJB Wood dan Tumac Lumber – dari KLAM dan pemasok lainnya dari Indonesia yang selanjutnya dijual ke para pengguna kendaraan rekreasi di Amerika Serikat – dengan deforestasi di Kalimantan.
Industri kendaraan rekreasi di Amerika Serikat tampaknya sadar betul dengan risiko lingkungan bahan baku lauan, terlihat dari klaim industri ini ke publik bahwa kelestarian merupakan inti dari bisnis ini. Investigasi Earthsight/Auriga ini sendiri menemukan bahwa lauan yang lebih kredibel tidak sulit ditemukan di Indonesia, terlihat dari banyaknya lauanyang diproduksi dari hutan-hutan yang dikelola dengan sertifikat kelestarian FSC (Forest Stewardship Council). Kalkulasi Earthsight menunjukkan bahwa biaya produksi bertambah hanya US$20 (setara Rp 325.000) per kendaraan bila menggunakan kayu atau lauan hanya dari area atau perusahaan bersertifikat FSC. Namun begitu, temuan investigasi ini mengindikasikan keenganan industri kendaraan rekreasi ini membayar tambahan biaya semurah itu.
Log kayu tropis dari deforestasi dalam area konsesi PT Indosubur Sukses Makmur sedang dimuat ke truk, Januari 2025. @Auriga/Earthsight.
Earthsight dan Auriga menyurati perusahaan-perusahaan terkait sebelum laporan ini dirilis. Tidak ada yang merespon hingga waktu yang ditentukan.
“Indonesia telah kehilangan 23 juta hektar, atau 20%, hutan tropisnya sejak 1990, kerugian yang luar biasa besar terhadap iklim, ekosistem, dan masyarakat lokal pun adat Indonesia,” kata Timer Manurung, Ketua Auriga Nusantara. “Perusakan ini harus dihentikan. Saatnya pembeli, baik di Amerika Serikat maupun negara lainnya, memastikan tidak ada jejak deforestasi Indonesia pada rantai pasoknya.”
“Pemilik kendaraan rekreasi yang mencintai alam pasti terkejut mengetahui hobi mereka turut merusak hutan tropis,” kata Sam Lawson, Direktur Earthsight. “Produsen raksasa kendaraan rekreasi harus keluar dari tahun bayangan 80-an dan menerapkan standar keberlanjutan minimum sebagaimana diterapkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat lainnya selama beberapa dekade terakhir.”
***
Earthsight adalah sebuah lembaga nirlaba berbasis di Inggris yang memakai pendekatan investigasi mendalam untuk mengungkap kejahatan lingkungan dan sosial, ketidakadilan dan hubungannya dengan konsumsi global.
Auriga Nusantara adalah sebuah lembaga yang mendorong pembaharuan lingkungan berbasis data dan mengupayakan terhentinya deforestasi di Indonesia
Laporan lengkap: Unhappy Campers: Bagaimana industri kendaraan rekreasi Amerika Serikat menghancurkan hutan tropis Indonesia
Kontak:
Earthsight: Aron White, Team Lead for Southeast Asia & Africa
Auriga Nusantara: Hilman Afif, Campaigner